Membuat Keputusan yang
Efektif
Tujuan
pengambilan keputusan dalam kelompok adalah untuk mengambil suatu keputusan
dengan pertimbangan yang matang agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh
anggota kelompok. Pengambilan keputusan dalam kelompok menunjukkan bahwa telah
adanya kesepakatan antar anggota kelompok mengenai bagaimana cara untuk bisa
mencapai tujuan anggota kelompok. Ada 5 syarat keputusan kelompok yang efektif,
yaitu:
1. Sumber daya yang ada
harus dimanfaatkan sepenuhnya. (maksudnya:
semua anggota kelompok itu harus berusaha mengutarakan pendapatnya, setelah
semua pendapat terkumpul kan nantinya akan diseleksi secara bersama2, pendapat
mana yang sekiranya terbaik diantara pendapat2 yang ada, nah pendapat2 itulah
yang dimaksud sumber daya)
2. Penggunaan
waktu yang efisien. (mksudnya: jd kalo ada suatu permasalah dlm kelompok dan
untuk mencari suatu cara pemecahannya itu jangan mengulur2 waktu untuk
melakukan diskusinya, trus juga untuk waktu pelaksanaan dr kputusan itu jg
harus segera dilaksanakan, jgn d tunda2).
3. Keputusan
yang tepat dan berkualitas.
4. Keputusan
dapat dilaksanakan oleh seluruh anggota kelompok.
5. Adanya
peningkatan, atau paling tidak, tidak ada penurunan kemampuan kelompok dalam
hal pemecahan masalah.
Sebuah
keputusan dapat dikatakan efektif bila kelima syarat tersebut dapat dipenuhi.
Pengolahan Informasi
Di
dalam kelompok, segala informasi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
akan diproses lebih teliti sehingga akan menghasilkan suatu keputusan yang
efektif. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan dalam kelompok
adalah sebagai berikut:
1. Tahap orientasi, dalam tahap ini
kelompok mengidentifikasi masalah yang harus dipecahkan, pilihan yang harus
dibuat, atau konflik yang membutuhkan penyelesaian.
2.
Tahap diskusi, dalam tahap ini kelompok mengumpulkan
informasi tentang situasi, dan jika
keputusan harus dibuat, maka mereka akan mengidentifikasi dan mempertimbangkan
pilihan (jadi, pilihan pemecahan masalahnya itu jg di identifikasi). Berikut ini adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi
efektifitas kinerja anggota kelompok:
·
Berbagi
Informasi: aktif berbicara, bersedia untuk membahas, kebebasan berargumen,
mengekspresikan ide, pikiran, dan perasaan. (ex: di dlm kelompok tuh sdg
membicarakan ttg model potongan rambut yg terbaru, nah kalo kita tau suatu info
ttg itu ya kita harus bagiin ke anggota kelompok kita.)
·
Perencanaan:
merumuskan tindakan yang akan mengarah pada tujuan tertentu. (ex: kita sama anggota
kelompok nih pgn nyontoh model potongan rambut yg terbaru nih, jd kita hrus
bikin rencana apa yg bakal kita lakuin biar model potongan rambutnya kita tuh
bisa ky model potongan rambut yg skrg lg booming, misalnya dgn lihat2 d majalah
fashion, dll.)
·
Evaluasi
Kritis: kritis mengevaluasi setiap ide atau karya orang lain. (ex: kita tuh ga
setuju kalo kita nyontoh model potongan rambut yg terbaru itu cz menurut kita
itu khn idex orang lain modelnya jg ga terlalu bgus, kalo kita nyontoh khn
berarti ga kreatif cz bkn ide kita sendiri, nah itu jg harus kita utarakan ke
anggota kelompok kita)
·
Komunikasi
Positif: memberikan respon yang positif terhadap apa yang ditampilkan oleh
anggota atau kinerja kelompok. (ex:
kita memuji anggota kelompok kita kalo dy terlihat cantik dgn model potongan
rambut barunya).
·
Komitmen
ke Grup: kelekatan pada kelompok, ingin melakukan hal-hal bersama dengan
kelompok, dan cenderung memastikan semua
anggota mendapatkan sesuatu hal yang sama. (ex: kelompok kita habis ikut
lomba, nah kita tuh menang n dpt sejumlah hadiah berupa uang, nah kita tuh
harus mbagi uang hadiah itu dgn jmlah yg sama rata ke smua anggota kelompok
kita, jd kita n smua anggota kelompok kita tuh bs menikmati b’sm2 hasil yg kita
dpt)
·
Tugas
pemantauan: menilai kinerja dan juga sampel datanya bahwa kelompok akan
berusaha mencapai tujuannya. (ex: sekelompok peneliti ingin mengetahui ttg
apakah usia bisa mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi,
nah mereka mengambil beberapa sampel yg sdh ditentukan, lalu mereka menilai
apakah sampel tersebut dpt diandalkan atau tdk dan bgaimana kinerja mereka dlm
melakukan penelitian tsb.)
·
Kerjasama:
perilaku saling membantu kinerja anggota kelompoknya atau memberikan kontribusi
untuk kemudahan anggota kelompoknya mengkoordinasikan upaya mereka. (ex: kalo
ada tugas kelompok tuh smua anggota harus bener2 ngerjain, jd jgn malah ga
ikutan ngerjain cz berpikir bhwa tugas itu bakal di krjain sm anggota kelompok
kita yg lain, jd hrus saling kerjasama gt.)
3.
Tahap pengambilan keputusan, dalam tahap ini kelompok
melakukan seleksi terhadap berbagai pilihan alternatif yang ada dan membuat
solusi pemecahannya (jadi smua pendapat2 dr anggota itu d seleksi, pendapat
mana yg skiranya terbaik untk solusi dr permasalahan yg sdg trjadi, nah untuk
menyeleksi pndapat2 itu jg bisa mnggunakan berbagai cara) . Berikut ini adalah beberapa cara dalam pengambilan
keputusan:
·
Mendelegasikan
Keputusan: seorang individu dalam kelompok membuat keputusan untuk seluruh
anggota kelompoknya dengan atau tanpa masukan dari anggota lainnya.
·
Rata-rata
Masukan Individu: kelompok membuat keputusan secara individual terlebih dahulu
(baik sebelum atau setelah diskusi kelompok), kemudian keputusan-keputusan
tersebut diolah untuk menghasilkan suatu kesimpulan secara keseluruhan.
·
Voting:
mengambil keputusan dengan cara menyediakan alternatif-alternatif pemecahan
masalah, masing-masing anggota harus memilih 1 alternatif saja, kemudian
dilakukan penghitungan jumlah orang yang memilih tiap-tiap alternatif tersebut.
·
Konsensus:
kelompok membahas masalah sampai mencapai kesepakatan yang bulat tanpa voting. Konsensus mengarah pada
tingkat komitmen yang tinggi. Konsensus tidak bisa digunakan untuk pemecahan
setiap masalah karena dalam penggunaannya harus membutuhkan banyak waktu.
4. Tahap Implementasi, dalam tahap ini
kelompok harus melaksanakan keputusan yang telah disepakati bersama oleh para
anggota kelompok. jadi, kputusan apa yg udah disepakati oleh anggota kelompok
itu harus dilaksanakan oleh smua anggota kelompoknya.
Pengambilan Keputusan
Kelompok vs Individu
Thorndike
(1938) menyimpulkan bahwa pemecahan masalah yang diperoleh dari keputusan
kelompok terbukti lebih efektif. Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam
kelompok lebih baik daripada dilakukan oleh individu karena interaksi antar
anggota kelompok dapat menghasilkan suatu gagasan atau ide yang sebelumnya
tidak terpikir oleh anggota yang lainnya (Falk & Johnson, 1977, Hall &
Wiliams, 1966). Selain itu, hasil pemikiran yang diperoleh akan lebih mendalam
dan ingatan akan fakta dan kejadian yang lebih akurat, (jd misalnya ada hal yg
kita lupa sdangakan anggota kelompok kita ada yg ingat itu khn jdnya ia bs
mengingatkan kita). Alasan-alasan lain kenapa kelompok menghasilkan keputusan
yang lebih baik daripada individu adalah sebagai berikut:
a. Kelompok
mempunyai motivasi yang lebih tinggi untuk mencapai tujuan.
b. Kelompok
mengambil keputusan yang lebih beresiko daripada individu. (biasanya kan
kputusan yg lbih baik itu jg ada resiko yg lebih bsar, nah kalo di dlm kelompok
khn meskipun resiko yg d dpt itu bsar tp resiko itu khn d tanggung scr bersama2
oleh kelompok, jdx akan terasa lebih ringan.)
c. Keterlibatan
dalam pengambilan keputusan kelompok akan meningkatkan komitmen anggotanya
dalam melaksanakan keputusa kelompok tersebut.
d. Keterlibatan
dalam pengambilan keputusan dalam kelompok memungkinkan terjadinya perubahan
sikap dan perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan keputusan.
e. Perbedaan
yang ada dalam keanggotaan merupakan sumber daya yang bervariasi.
f. Dalam
diskusi secara langsung dapat meningkatkan kualitas dan kreativitas para
anggotanya dalam berargumen.
v Dukungan Sosial
Selama tugas yang didapat itu cukup
sederhana dan cukup dipelajari, maka keberadaan orang lain di sekitar kita bisa
membuat prestasi kita mengalami peningkatan. Tetapi jika tugasnya itu sulit
atau kompleks, maka adanya orang disekitar kita bisa membuatprestasi kita
mengalami penurunan. Suatu keputusan akan lebih efektif jika diputuskan dalam
kelompok daripada diputuskan oleh individu karena dalam kelompok, antar anggota
kelompok akan saling bekerja sama dan memberi dukungan. Hal tersebut bisa
menghasilkan dorongan dan mengurangi persaingan dan kecemasan akan penilaian
dari orang lain.
v Pertentangan dalam
Kelompok
Pertentangan dalam kelompok adalah
kecenderungan suatu kelompok untuk membuat keputusan yang lebih ekstrim
dibanding dengan usulan-usulan atau pemikiran-pemikiran anggotanya (Brauer,
Judd, & Jacquelin, 2001; Moscovici & Zavalloni, 1969). Dampak
pertentangan dalam kelompok ada 3, yaitu:
1. Pengaruh
normatif: kelompok bertentangan karena anggotanya ingin memberikan kesan yang
baik kepada anggota yang lain. Oleh karena itu mereka saling membandingkan
pendapat mereka dan menguatkan pendapat mereka agar lebih bisa meyakinkan
kelompok.
2. Pengaruh
informasi: kelompok bertentangan karena
anggota kelompok mendapatkan informasi baru yang bisa mengubah pendapat awal
mereka (Kaplan & Miller, 1987) dan anggota kelompok dihadapkan pada
argumentasi yang pesuasif (Burnstein & Vinokur, 1977; Isenberg, 1987).
3. Pengakuan
sosial: kelompok bertentangan karena individu ingin dianggap dan diakui sebagai
anggota kelompok (Isenberg, 1986; Kaplan & Miller, 1987).
v Keterlibatan dalam
Pengambilan Keputusan
Ada dua alasan mengapa semua anggota
kelompok harus terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Alasan pertama
adalah untuk meningkatkan kualitas keputusan dengan memanfaatkan semua sumber
daya yang dimiliki setiap anggotanya. Alasan kedua adalah untuk meningkatkan
komitmen anggotanya dalam melaksanakan hasil keputusan.
Mungkin suatu keputusan bisa dibuat hanya oleh beberapa anggota kelompok
saja (tidak oleh semua anggota kelompok) apabila:
1. Keputusan
yang diambil yang diambil terkait dengan masalah yang tidak berhubungan
langsung dengan anggotanya.
2. Keputusan
yang diambil merupakan keputusan yang sederhana dan mudah, sehingga tidak perlu
untuk berkoordinasi dengan seluruh anggota.
3. Keputusan
tersebut harus dibuat secepatnya.
v Perubahan Pola Sikap
dan Perilaku
Penyebab suksesnya diskusi kelompok
adalah komitmen bersama dan tingkat penerimaan dalam kelompok (Bennet, 1955;
Pelz, 1958, Haravey, Bass, 1958). Ketika orang berpartisipasi dalam diskusi
kelompok untuk mengubah perilaku atau sikapnya, maka mereka akan melaksanakan
hasil keputusan diskusi apabila mereka berkomitmen pada kelompok dan percaya bahwa
anggota lainnya juga melaksanakan keputusan tersebut.
v Tipe Tugas
Produktivitas individu maupun kelompok
itu tergantung pada tipe tugas yang diberikan. Jika tugas yang diberikan
membutuhkan usaha dari seluruh anggotanya (misalnya dalam lomba tarik tambang),
maka kelompok pasti lebih baik dari individu. Sebaliknya, jika tugas yang
diberikan membutuhkan ketelitian (misalnya membelah berlian), maka individu
yang terlatih akan bekerja lebih baik daripada kelompok. Steiner menyatakan bahwa ada empat
jenis tugas kesatuan, yaitu:
1. Disjungtif (nilai kelompok diperoleh
dari nilai terbaik yang diperoleh anggotanya).
2. Konjungtif (nilai kelompok diperoleh
dari nilai terburuk yang diperoleh anggotanya).
3. Aditif (nilai kelompok adalah
gabungan dari kontribusi seluruh anggotanya).
4. Diskresioner (nilai kelompok
diperoleh dari kombinasi antara usaha individu yang ingin diperoleh kelompok
dan dijadikan satu).
v Potensi Produktivitas Kelompok
Sejumlah
psikolog percaya bahwa biasanya produktivitas kelompok lebih rendah daripada dindividu.
Misalnya membandingkan jumlah waktu antara individu dan kelompok dalam
memecahkan suatu masalah. Individu memang dapat memecahkan masalah dengan waktu
yang lebih cepat daripada kelompok. Namun jumlah waktu tersebut tidak
menentukan kualitas keputusan yang diperoleh. Menurut Steiner, potensi
produktivitas kelompok adalah tingkat produktivitas maksimal yang bisa dicapai
suatu kelompok dalam suatu tugas yang menyatakan bahwa hal itu tergantung pada
dua faktor, yaitu sumber daya yang dimiliki anggotanya dan tuntutan tugas.
Terdapat
3 kekurangan dalam metode Steiner:
1. Tersirat bahwa terdapat potensi
dasar produktivitas yang unik yang merupakan batasan tertinggi presentasi
kelompok.
2. Ia menganggap bahwa individu tidak
lebih termotivasi jika mereka bekerja dalam kelompokknya dibandingkan jika
bekerja sendiri.
3. Ia beranggapan bahwa individu selalu
menggunakan potensi mereka secara maksimal.
Metode pengambilan keputusan
·
Metode 1: Keputusan
oleh penguasa tanpa diskusi kelompok
Dalam
metode ini, pemimpin yang terpilih membuat keputusan sendiri tanpa meminta
pertimbangan dalam bentuk apapun dari anggotanya. Hal ini sangat efisien,
karena tidak membutuhkan waktu yang lama.
·
Metode 2: keputusan
oleh ahli
Metode
ini meminta salah satu anggotanya yang paling ahli atau berpengalaman dalam hal
membuat keputusan. Biarkan seseorang yang ahli tersebut memikirkan masalahnya,
dan membuat keputusan yang kemudian di umumkan kepada anggota kelompok yang
lain. Tetapi dalam metode ini yang menjadi masalah adalah memilih orang yang
ahli, sering kali memilih orang yang ahli itu dengan cara memilih orang yang
populer, atau sering tampil, atau yang berkuasa.
·
Metode 3: keputusan
dengan rata-rata pendapat individu
Metode
ini dengan cara menanyakan pendapat tiap anggota kelompok dengan cara terpisah,
atau sendiri-sendiri, kemudian menggabungkan dan merata-rata hasilnya. Hasil
pendapat yang paling tinggi itulah yang akan menjadi keputusan akhir.
·
Metode 4: keputusan
oleh penguasa setelah diskusi kelompok
Dalam
metode ini, anggota akan berdiskusi dan menyampaikan pendapatnya, sehingga
pemimpin akan memilih pertimbangan keputusan yang terbaik dan mengambil
keputusan tersebut. Anggota tidak berhak atau tidak terlibat dalam hal
mengambil keputusan.
·
Metode 5: keputusan
oleh minoritas
Dalam
metode ini, minoritas disini bisa saja dalam bentuk kuantitas atau jumlah, tapi
ia memiliki kekuasaan yang mayoritas. Misalnya dosen merupakan minoritas di
kelas, tapi dosen mayoritas dalam power.
·
Metode 6: keputusan
oleh voting mayoritas
Metode
ini merupakan metode yang paling banyak digunakan di banyak negara, begitu
banyaknya sampai menjadi suatu kebiasaan. Caranya dengan membahas sebuah
masalah dan mengambil keputusan yang harus di setujui oleh paling sedikit 51%
anggotanya. Hal ini mirip dengan proses sistem pemilu.
·
Metode 7: keputusan
dengan konsensus
Konsensus
merupakan metode pengambilan keputusan yang paling efektif, tapi metode ini
memerlukan waktu dan sumber yang paling banyak. Ketika suatu keputusan dibuat
melalui konsensus, semua anggota mengerti hasil keputusannya dan siap untuk
mendukung. Konsensus adalah metode yang paling baik untuk menghasilkan
keputusan yang inovatif, kreatif, berkualitas tinggi dimana semua anggotanya
mempunyai komitmen dalam melaksanakan hasil keputusannya, menggunakan sumber
daya yang dimiliki setiap anggota kelompok, dan meningkatkan keefektifan
pengambilan keputusan kelompok di masa yang akan datang.
Hubungan antara waktu
dan pengambilan keputusan
Setiap
metode pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang berbeda-beda, semakin
banyak melibatkan orang atau anggota, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk mengambil sebuah keputusan. Biasanya, membuat keputusan penting lebih
baik jika dilakukan dalam kelompok daripada secara individual.
Faktor pendukung
pengambilan keputusan.
Efektif
atau tidaknya sebuah keputusan kelompok tergantung pada bagaimana kelompok
tersebut disusun. Jika ingin memaksimalkan potensi kelompok, maka harus
menyusun lima elemen dasar jalannya kelompok, yaitu saling ketergantungan yang
positif, interaksi secara langsung, akuntabilitas anggota, kemampuan sosial,
dan proses berkelompok.
Faktor penghalang
pengambilan keputusan kelompok
·
Kurang dewasanya
kelompok
Anggota
kelompok memerlukan waktu dan pengalaman untuk menyesuaikan kebiasaan dengan
dinamika kelompok yang baru, walaupun sebelumnya memiliki kemampuan berkelompok
dan pernah terlibat dalam kelompok yang efektif. Kedewasaan kelompok dapat
dicapai ketika anggota sudah bekerja sama dalam waktu yang cukup lama, sehingga
sudah penyesuaian.
·
Cepatnya pengambilan
keputusan berdasarkan respons dominan
Keputusan
yang buruk seringkali diakibatkan oleh cepatnya pengambilan keputusan dengan
respon dominan kelompok atau pendapat mayoritas kelompok. Hal ini bisa di
dasari karena faktor lapar, kemalasan, dll.
·
Kemalasan sosial:
sembunyi dalam kelompok
Kemalasan
ini timbul karena adanya kelebihan anggota dalam mengerjakan suatu hal.
Misalnya jika pengerjaan itu bisa dikerjakan oleh tiga orang, tetapi ternyata
dilakukan oleh tujuh orang, maka empat orang yang lainnya biasa akan nganggur,
dan merasa anggota yang lain sudah mengerjakannya.
·
Tumpangan gratis:
mendapatkan sesuatu tanpa usaha
Ketika
dalam kelompok kita tidak berkontribusi, karena jika secara individu kesuksesan
dan kegagalan merupakan tanggung jawab kita sendiri. Sementara jika dalam
kelompok merupakan tanggung jawab bersama. Menumpang gratis dapat diartikan
mengambil keuntungan dari anggota kelompok yang lain. Biasanya ini terjadi karena
percaya bahwa mereka tidak diperlukan, tenaga mereka tidak dibutuhkan, sehingga
mereka merasa kegagalan dan kesuksesan tidak berpengaruh dari dirinya, sehingga
mereka tidak berkontribusi.
·
Hilangnya motivasi
karena ketidakadilan
Ketika
ada orang yang mengambil keuntungan dari kita, maka kita akan mengurangi usaha
kita dalam bekerja.
·
Pemikiran kelompok dan
penghindaran defensif
Terkadang
anggota ketika mendapat kesulitan itu melakukan penghindaran defendif, mencari
alasan, menyangkal tanggung jawab mereka sendiri.
·
Buruknya manajemen
konflik oleh anggota kelompok
Jika
kelompok mengatasi konflik dengan tidak bijaksana, maka keefektifan kelompok
akan berkurang. Jika konflik dalam kelompok tidak dapat diatasi, maka akan
terjadi persaingan antar anggota, sehingga ketika mereka berpendapat bukan
karena untuk mencari solusi, tapi karena membantah pendapat saingan antar
anggota kelompoknya.
·
Keegoisan anggota
kelompok
Ketika
anggota kelompok secara egois mengemukakan pendapatnya dan dengan dingin
mengevaluasi informasi dan kesimpulan anggota lain, maka persaingan pendapat
akan terjadi. Dan ketika semakin banyak anggota yang berpegang pada pendapat
mereka sendiri, maka semakin rendah kualitas yang dihasilkan.
·
Kurangnya heterogen
kelompok
Semakin
homogen sauatu kelompok, maka semakin susah menemukan solusi.
·
Gangguan dan halangan
dalam menghasilkan
Ketika
ada satu orang yang mengemukakan pendapatnya terlalu lama, dan anggota lain
menunggu untuk mengemukakan pendapatnya, tapi karena terlalu lama sehingga
sudah berpindah ke topik yang lain.
·
Jumlah kelompok yang
tidak sesuai
Jumlah
anggota yang mengambil keputusan harus sebanding dengan jumlah seluruh
kelompok. Semakin sedikit anggota yang berperan dalam pengambilan keputusan,
maka semakin kurang efektif.
·
Pengambilan keputusan
yang prematur dan meminimalisasi pertentangan
Ketika
ada dua pilihan solusi yang sama baik, atau alternatif lain yang sama
menariknya, tapi kelompok menghilangkan alternatif ini, sehingga mendukung
banyak pada pilihan yang pertama.
·
Anggota tidak mempunyai
keterampilan yang relevan
Jika
anggota kelompok tidak mempunyai keterampilan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu tugas dan bekerja sama dengan efektif, maka keputusan
dibuat tidak akan efektif. Jika keterampilan dalam mengerjakan tugas dan
keterampilan kerja kelompok rendah, kualitas keputusan kelompok pun akan
semakin rendah.
·
Kurangnya dukungan bagi
individu dan halangan untuk berkontribusi
Ketika
dukungan untuk berkontribusi rendah, maka anggota cenderung memberikan usaha
yang tidak maksimal dalam mencapai tujuan kelompok.
Pengambilan keputusan
yang dipertimbangkan dan dipikirkan
1. Mengenali
dan mendefenisikan masalah
Hal
ini merupakan langkah awal dalam pengambilan keputusan. Masalah adalah
perbedaan antara suatu keadaan yang ada dengan keadaan yang diharapkan. Ada
tahapannya, yaitu mencapai persetujuan mengenai keadaan yang di inginkan,
mencari informasi tentang keadaan sekarang, dan mendiskusikan tentang
kesenjanagan tersebut dan mencapai solusi.
2. Mengumpulkan
informasi mengenai masalah yang ada
Langkah
kedua ialah mendiagnosis masalah. Mencari informasi yang valid tentang masalah
saat ini. Dalam hal ini dapat membuat daftar kekuatan yang mendukung dan
kekuatan yang jadi penghalang kemudian di urutkan dari yang terpenting.
3. Menyusun
dan mempertimbangkan alternatif solusi
Langkah
ketiga adalah mengidentifikasi dan menganalisis solusi untuk menyelesaikan
masalah. Kelompok sering membuat keputusan yang buruk karena tidak memikirkan
alternatif solusi dengan baik.
·
Analisis kekuatan
lapangan
Analisis ini merupakan
cara untuk menentukan strategi dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini anggota
kelompok harus memikirkan cara untuk mengurangi kekuatan penghalang atau
menghilangkannya.
·
Analisis yang
berhati-hati
Dalam hal ini kelompok
harus mengevaluasi setiap analisis yang ada dan memastikan pertimbangan yang
hati-hati dari setiap alternatif yang dilaksanakan.
·
Halangan
Ada beberapa halangan
dalam menyusun dan mempertimbangkan alternatif solusi masalah. Kegagalan
mengidentifikasi alternatif yang tepat, penghilangan alternatif yang terlalu
cepat tanpa analisis dan evaluasi yang cukup, tekanan untuk bersepakat,
kurangnya kemampuan meneliti dan memecahkan masalah, kurangnya prosedur untuk
melaksanakan analisis dan kesimpulan.
4. Memutuskan
suatu solusi
Setelah
semua alternatif di susun dan di identifikasi, kelompok harus memilih solusi
yang akan dilaksanakan. Anggota kelompok memutuskan dengan pertimbangan yang
baik, dapat dimengerti, dan tindakan yang realistis terhadap tujuan yang ingin
dicapai setiap anggota kelompok.
5. Mengevaluasi
kesuksesan pelaksanaan keputusan
Evaluasi
ini dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi hasil dan evaluasi proses. Dalam
evaluasi proses, di evaluasi selama proses solusi ini dijalankan. Sedangkan
pada ealuasi hasil itu ketika solusi sudah dijalankan dan melihat hasil yang
didapatkan dari solusi yang telah dijalankan tersebut.
Boleh minta daftar pustaka nya?
ReplyDelete