Leader
adalah pemimpin, seseorang yang dapat memengaruhi orang lain agar dapat bekerja
lebih efektif untuk mencapai target dan mempertahankan proses kerja sama
diantara anggota. Sedangkan yang dimaksud dengan leadership adalah proses dimana pemimpin dapat memberikan pengaruh.
Menjadi seorang pemimpin membutuhkan keterampilan tertantu. Kemampuan yang
dimaksud adalah kesanggupan untuk membantu grup dalam mencapai tujuan dan
keefektifan dalam bekerjasama antar anggota yang disebut dengan leadership skill.
A.
Definisi Konseptual
- Kepemimpinan
adalah hubungan timbal balik antara proses yang melibatkan pemimpin, pengikut
dan situasi kelompok. Hubungan antara pemimpin dengan pengikutnya adalah
timbal balik. Kepemimpinan tidak dapat dipahami secara terpisah dari
kepatuhan.
- Kepemimpinan
adalah sebuah transaksi, proses perubahan sosial. Pemimpin dan anggota
berkerja sama, saling menukar waktu, tenaga dan kemampuan untuk
meningkatkan imbalan bersama.
- Kepemimpinan
sering disebut dengan proses perubahan. Meninggikan motivasi anggota
kelompok, kepercayaan diri dan kepuasan dengan menyatukan anggota dan
mengubah tanggapan mereka, nilai-nilai dan kebutuhan-kebutuhan mereka.
- Kepemimpinan
adalah proses pengaruh kerjasama yang sah daripada hanya kekuatan belaka.
- Kepemimpinan
adalah sebuah proses pencarian tujuan yang adaptif, yang untuk itu,
mengatur dan memotivasi usaha anggota kelompok dalam pencapaian tujuan
kelompok dan pribadi.
B.
Leadership: Definisi Perilaku
Secara umum
terdapat sembilan tipe perilaku yang diturunkan lagi menjadi 4 yaitu:
1. Consideration
2. Initiating structure
3. Production Emphasis
4. Sensitivity
Hubungan
perilaku-perilaku ini menunjukkan perasaan, perilaku dan kepuasan dari anggota
kelompok serta sesuai dengan sisi interpersonal maupun socioemotional dalam
suatu kelompok. Meskipun kelompok ini dapat menyelesaikan masalah, terkadang
pemimpin harus mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhan pribadi para
anggota. Hal-hal yang penting dalam mencapai hubungan kepemimpinan adalah
meningkatkan semangat dan kekompakan, mengurangi konflik, peduli terhadap orang
lain, dan membangun hubungan antar anggota (Lord, 1977).
C.
Karakteristik Pemimpin
- Charismatic
Leaders
Charisma
menurut
kamus adalah sebuah kekuatan yang luar biasa dan dianggap sebagai keajaiban.
Pemimpin yang karismatik terlihat menginspirasi pengikutnya untuk mencintai
pemimpinnya, di lain waktu pemimpin yang karismatik menawarkan pengikut mereka
dengan harapan untuk bebas dari penderitaan. Secara umum, pemimpin yang
karismatik memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan sebuah kekuatan yang luar
biasa dan visi kepada pengikutnya atau kemampuan untuk mencapai tujuan yang
dapat menghapuskan penderitaan pengikutnya.
- Machiavellianism
Pemimpin Machiavellianism percaya bahwa:
a)
Orang
lain pada dasarnya lemah, mudah
disalahkan, mudah dicurangi, dan tidak dapat dipercaya,
b)
Orang lain adalah objek yang bersifat umum,
c)
Seseorang seharusnya memanipulasi orang lain kapan pun itu diperlukan untuk mencapai tujuan.
Richard Christie menyatakan bahwa
pemimpin Machiavellianism yang dapat
memengaruhi pengikutnya untuk alasan pribadi dan politik memiliki 4
karakteristik yaitu:
i.
Pemimpin terlibat secara emosional
terhadap relasi interpersonal.
ii.
Pemimpin mengambil pandangan utilitarian
dari pada pandangan moral terhadap interaksi mereka dengan orang lain, mereka
tidak peduli dengan moralitas konvensional.
iii.
Pemimpin berhasil memanipulasi pengikut
berdasarkan persepsi yang akurat mengenai kebutuhan pengikutnya.
iv.
Pada akhirnya dampak dari manipulasi
yang sukses adalah fokus pada menyelesaikan sesuatu dari pada mencapai tujuan
jangka panjang. Pemimpin Machiavellianism
sedikit memiliki komitmen yang ideologis.
D.
Trait Theories Of Leadership
Teori ini menjelaskan bahwa setiap leader memiliki karakter-karakter khusus
yang dapat membedakannya dengan non-leader.
Banyak penelitian yang telah meneliti mengenai karakteristik pemimpin yang baik
salah satunya adalah penelitian milik Frederick Adams Woods (1913) yang
mengkategorikan karakteristik pemimpin sebagai; kuat, lemah, atau sedang dalam
hal intelektual dan karakteristik kepribadiannya. Penelitian lain milik Bird
(1940) membandingkan karakteristik pemimpin dengan karakteristik pengikutnya.
Bird mengemukakan general traits of
leadership yaitu intelligence,
initiative, sense of humour, dan extroversion.
Berdasarkan penelitian dari tahun 1948-1970 pemimpin yang dapat berhasil untuk
menyelesaikan tugasnya biasanya memiliki karakteristik; intelligence, peka terhadap kebutuhan orang lain, serta bertanggung
jawab, berinisiatif dan percaya diri.
Pemimpin yang sukses biasanya memiliki dorongan yang
kuat untuk menyelesaikan suatu masalah, memiliki problem solving yang original, dapat menerima konsekuensi atas
keputusan dan tindakannya, siap untuk menangani stress, serta dapat memengaruhi
perilaku orang lain. Karakteristik-karakteristik ini kemudian dapat digunakan
untuk membedakan leader dengan non-leader, effective leader dengan non-effective leader, dan higher-echelon dengan lower-echelon leader. Kesimpulannya
adalah individu yang memiliki energy, dorongan, kepercayaan diri, dan kemampuan
untuk menentukan kesuksesan akan menjadi pemimpin karena mereka akan bekerja
keras untuk mendapatkan posisi sebagai pemimpin. Trait theory of leadership mendapatkan dukungan saat dipasangkan
dengan teori social determinism. Social
determinism atau teori Zeitgeist menyatakan bahwa peristiwa
bersejarah ditentukan oleh kekuatan sosial, gerakan sosial, dan nilai-nilai
sosial yang berubah.
E. Leadership Styles
Terdapat tiga gaya kepemimpinan yang
utama menurut Lewin, Lippit, dan White (dalam Forsyth,1999) yaitu: autocratic, democratic, dan laissez-faire.
Pemimpin autocratic memberi perintah
dan menetapkan semua kebijaksanaan tanpa melibatkan anggota yang lain. Pemimpin
democratic menetapkan kebijakan
melalui diskusi kelompok, menyemangati dan membantu anggota kelompok untuk
berinteraksi, meminta anggota kelompok
untuk dapat bekerja sama, dan menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan para anggotanya. Pemimpin Laissez-faire tidak berpartisipasi
didalam semua proses pembuatan keputusan di dalam kelompok.
Leadership memengaruhi
anggota kelompok. Leadership
mengindikasikan adanya relasi antara pemimpin dan pengikutnya. Tanpa pengikut
tidak akan ada pemimpin dan tanpa pemimpin tidak akan ada pengikut. Pemimpin
menerima status, rekognisi, penghormatan, dan penguatan terhadap kontribusinya
untuk mencapai tujuan dari kelompok.
F. Role Position Approach to Leadership
The role position
approach to leadership mengasumsikan bahwa
seseorang menjadi leader pada saat
dia diposisikan sebagai pihak yang
meemiliki otoritas. Otoritas adalah
kekuatan yang sah yang ditetapkan dalam
sebuah posisi tertentu dengan tujuan untuk memastikan bahwa orang yang
berada di posisi bawah memenuhi persyaratan peraturan organisasi mereka.
Seorang pemimpin biasanya dideskripsikan
sebagai seseorang yang berada pada posisi otoritas atau memegang suatu jabatan.
Kepemimpinan dalam organisasi dimulai dengan struktur peran formal yang
menetapkan hierarki dari otoritas. Otoritas sendiri merupakan kekuatan yang
dipegang oleh orang yang memiliki kewenangan memastikan bahwa individu pada
posisi yang lebih rendah mampu memahami peran dalam organisasi, karena
seseorang dengan otoritas mampu mempengaruhi bawahannya. Misalnya, seorang
mandor memiliki kewenangan untuk mengatur pekerjanya. Terdapat tiga
permasalahan dalam pendekatan posisi kepemimpinan, yakni:
1. Tidak jelas bagaimana seorang individu dapat
ditunjuk sebagai otoritas atas dan tidak menuntut kemampuan kepemimpinan. Misalnya,
seorang yang memegang jabatan sebagai kepala bagian tidak mampu untuk
berkoordinasi dengan staffnya.
2. Tidak dapat dijelaskan bagaimana pemimpin
dapat terlibat dalam perilaku bukan kepemimpinan dan justru bawahan yang
melakukan tindakan kepemimpinan. Misalnya, seorang
anggota dari bagian pemasaran bertindak sebagai kepala dengan melakukan
tugas-tugas pemimpinnya.
3. Bawahan bisa saja
dipengaruhi oleh oranglain diluar dari seseorang yang memiliki otoritas secara
langsung terhadap mereka. Misalnya,
seorang manager di bagian pemasaran menyuruh seorang dari anggota bagian
produksi untuk melakukan tugas dari anggotanya.
G. Influence Theory of Leadership
Teori ini berhubungan dengan bagaimana seorang
pemimpin memengaruhi sikap dan tindakan pengikutnya. Hal ini diperlukan dalam
kepemimpinan agar pemimpin mampu mengarahkan para pengikut untuk bekerjasama dalam
mengatur dan mencapai tujuan. Baik pemimpin maupun pengikut, keduanya memiliki
keterkaitan yakni peran hubungan resiprokal (timbal balik). Peran tersebut yang
membangun suatu kepemimpinan. Namun peran yang terbagi tidak berarti bahwa
terjadi dominasi maupun pemakasaan dalam kepemimpinan. Jadi, pemimpin dapat
dikatakan bertugas mengajak dan menginspirasi para anggota untuk mengikuti cara
pandangnya dalam proses mencapai tujuan.
H. Situational Theories of Leadership
Terdapat
empat teori situasional, diantaranya: The distributed-actions theory; Bales’
interaction-process analysis; Fiedler’s situational theory; dan Hersey and Blanchard’s situational theory.
·
The Distributed-Actions Theory of Leadership
Dalam teori ini terdapat dua prinsip dasar.
Prinsip pertama, banyak anggota dari suatu kelompok yang menjadi seorang
pemimpin dengan melakukan tindakan yang saharusnya dilakukan pemimpin, yakni
membantu kelompok mencapai tujuan dan mempertahankan relasi kerja secara
efektif. Prinsip kedua, kepemimpinan bersifat spesifik untuk suatu kelompok
khusus dalam sebuah situasi khusus.
·
Interaction-Process Analysis
Teori situasional ini menjelaskan tentang
proses analisis yang terjadi melalui interaksi. Misalnya, beberapa orang yang
tidak saling mengenal dikumpulkan dalam satu ruangan dan memberi mereka tugas
yang mengajak mereka untuk bekerja sama maka akan terjadi suatu interaksi
sosial yang menimbulkan berbagai pola dan kemudian memuncul suatu struktur
kepemimpinan. Orang yang bicara lebih banyak sebagian besar merupakan pemimpin
(Burke, 1974; Stein & Heller, 1979). Dasar dari teori proses interaksi:
1.
Ketika suatu kelompok memiliki tugas yang perlu diselesaikan, anggotanya
terlibat dalam tugas yang berhubungan dengan perilaku atas dasar kesetaraan.
2.
Anggota yang memiliki task behavior yang tinggi cenderung menciptakan ketegangan dan
permusuhan di antara anggota yang kurang berkomitmen untuk tugas. Misalnya, orang-orang yang cenderung suka mengerjakan tugas sampai
selesai dan tidak menunda-nunda pekerjaan akan menganggap remeh anggota yang
lainnya yang lebih sedikit mengerjakan tugas mereka dan akan mengucilkan mereka
dengan tidak berelasi dengan orang-orang tersebut.
3.
Ada kebutuhan untuk tindakan yang membantu mempertahankan hubungan kerja
yang efektif antar anggota. Misalnya, setiap
anggota diberikan tanggung jawab untuk bekerja diluar kota bersam-sama dan
melakukan pekerjaan mereka bersama, sehingga akan terjadi hubungan dan
komunikasi yang baik antara anggota.
4.
Anggota lain yang memiliki task actions tinggi terlibat dalam tindakan
sosial-emosional. Misalnya, anggota yang suka dengan kerja lapangan jelas harus bisa
berkomunikasi dengan baik dan memiliki sikap yang terbuka juga hangat terhadap
orang lain, hal inilah yang dimaksudkan dengan tindakan social-emosional,
karena dia dapat bersosialisasi dan memiliki control emosional yang baik.
5.
Peran-peran yang berbeda (tugas dan sosio-emosional) yang stabil dan
disinkronkan dengan tugas dan sosio-emosional pemimpin dapat memperkuat dan mendukung satu sama lain. Misalnya, orang yang bisa persuasi
diberikan tugas untuk turun lapangan mencari data dsb, sedangkan orang yang
tipe pemikir tinggal untuk melakukan pekerjaan yang melibatkan ketekunan dan
ketelitian seperti mengetik atau memikirkan cara mengurangi kerugian dari
produk-produk yang baru saja dirancangkan.
· Fiedler’s Situational Theory of Leadership
Fiedler cenderung menekankan kepemimpinan dan kinerja organisasi. Fiedler membagi tipe pemimpin yang pertama,
pemimpin yang setiap tugas anggotanya diorientasikan. Contohnya, pemimpin
dengan tipe ini selalu menentukan apa yang harus dikerjakan oleh anggotanya,
kemana mereka harus pergi dan bagaimana cara mereka harus bekerja. Pemimpin
dengan tipe seperti ini adalah pemimpin yang kekuatan dan otoritasnya sangat
tinggi. Yang kedua, pemimpin yang berorientasi pada pemeliharaan hubungan.
Contohnya, seorang pemimpin yang selalu memanggil para anggotanya apabila ada
kesalahan dalam pengerjaan seorang anggota. Pemimpin dengan tipe ini selalu
melibatkan anggotanya dalam pengambilan keputusan. Fiedler juga
mengembangkan skala yang digunakan untuk mengukur sikap seorang pemimpin agar
bisa melihat siapa yang paling bisa memimpin dengan baik yang disebut skala Least Preferred Co-worker (LPC). Terdapat
3 variabel yang menurut Fiedler berpengaruh pada peran dan pengaruh seorang
pemimpin, yaitu:
1.
Hubungan pemimpin dan
anggota: Keinginan anggota untuk mengikuti arahan pemimpin dan pemimpin pun
disukai dan dipercaya oleh anggotanya.
2.
Struktur tugas: Sejauh mana
anggota dapat menyelesaikan tugas berdasarkan instruksi dan prosedur yang telah
ditentukan.
3.
Kekuasaan berdasar posisi: Pemimpin
dapat mengatur otoritas dalam memberikan
punishment dan reward.
· Hersey and Blanchard’s Situational Theory
Teori ini memberikan
dua dimensi perilaku pemimpin yaitu inisiasi dan pertimbangan dari
anggota-anggota kelompok. Mereka mendefinisikan task behavior sebagai sejauh mana seorang pemimpin terlibat dalam
salah satu cara komunikasi dengan menjelaskan apa yang harus di lakukan oleh masing-masing
pengikutnya, serta kapan, di mana, dan bagaimana tugas-tugas yang harus
diselesaikan. Hersey dan Blanchard mendefinisikan relationship behavior sebagai sejauh mana seorang pemimpin terlibat
dalam komunikasi dua arah dengan memberikan dukungan emosional dan
memfasilitasi perilaku.
Hersey and Blanchard’s Situational Theory mengasumsikan
bahwa ada empat kombinasi dari perilaku kepemimpin yang ditunjukkan pada gambar
1.1, kemungkinan efektif atau tidaknya tergantung pada situasinya. Pendekatan
ini menekankan bahwa kepemimpinan terdiri dari arahan dan dukungan yang harus
diterapkan di saat yang tepat. Keefektifan seorang untuk memimpin harus
menyesuaikan dengan situasi yang ada. Pemimpin yang efektif adalah orang yang
mampu mengerti apa yang dibutuhkan
pekerja.
1.
Gaya Telling
Pemimpin harus selalu memberikan instruksi yang jelas, arahan yang
rinci, dan selalu mengawasi anggota secara langsung. Gaya ini dipergunakan untuk memastikan
kinerja anggota maksimal.
2.
Gaya Selling
Pemimpin memberikan pengarahan, mengupayakan komunikasi 2 arah,
dan membangun rasa percaya diri dan motivasi anggota. Pemimpin juga harus
memberi dukungan untuk memancing rasa percaya diri dan antusiasme anggota.
3.
Gaya Participating
4.
Gaya Delegating
Pemimpin tidak lagi bertanggungjawab ataupun campur tangan, semua
tanggungjawab diturunkan kepada para anggota karena anggota terbukti memiliki
kesiapan dan kompetensi yang tinggi terhadap tugas. Pemimpin dengan gaya delegating memberikan kebebasan sebebas-bebasnya
kepada para anggotanya untuk melakukan tugas mereka.
I. Organizational Leadership
Terdapat
pertumbuhan (growth) dan penurunan (decline). Tetap sama adalah bukan
pilihan. Pertumbuhan membutuhkan kepemimpinan, bukan manajemen. Terdapat
perbedaan dalam arti kata memimpin dan mengelola. Mengelola cenderug berarti
menangani hal-hal dengan mengontrol dan memelihara, sedangkan memimpin
cenderung mengarahkan kita untuk beergerak ke suatu tempat. Peran unik dari seorang pemimpin adalah
untuk membawa kita menuju perjalanan yang belum pernah kita tempuh sebelumnya. Seorang
pemimpin harus dapat melihat tantangan yang dihadapi oleh organisasi dan
membagi tantangan tersebut kepada anggotanya. Tantangan ini bertujuan untuk
meningkatkan keahlian anggota serta membuat organisasi menjadi lebih baik.
Terdapat beberapa isu kepemimpinan harus dihadapi dalam rangka untuk memaksimalkan
produktivitas kepemimpinan:
1.
Bagaimana untuk menantang
status quo dari model manajemen yang individual dan tradisional.
2.
Bagaimana untuk
membangkitkan visi bersama mengenai organisasi, membuat misi yang disepakati
akan diraih oleh seluruh anggota, dan sekumpulan tujuan yang dapat menjadi
panduan bagi usaha anggota.
3.
Bagaimana memberdayakan
anggota kelompok melalui kerja sama tim,
4.
Bagaimana untuk memimpin
dengan memberikan contoh, (a) dengan menggunakan prosedur tim yang kooperatif,
dan (b) mengambil resiko untuk meningkatkan keahlian
5.
Bagaimana mendorong hati
dari anggota untuk tetap terus ada serta berjuang untuk meningkatkan teknik dan
keahlian interpersonal.
I. 1 Challenging The Status Quo
Dalam hal ini, pemimpin menggarisbawahi
bahwa jika anggota tidak bekerja untuk meningkatkan keahlian mereka maka mereka akan kehilangan keahlian mereka.
Keahlian adalah sebuah proses bukan hanya hasil akhir. Individu atau organisasi
secara konstan akan berubah. Bila keahlian tidak berkembang maka akan mengalami
penurunan. Seorang pemimpin harus memimpin anggotanya untuk meningkatkan
keahliannya. Tantangan yang jelas dan langsung kepada kompetitif tradisional
dan tindakan individual adalah
adaptasi dari tim yang kooperatif dalam sebuah organisasi.
I. 2 Creating a Shared Vision
Tanggung jawab dari
kepemimpinan adalah untuk menciptakan visi mengenai seperti apa organisasi itu
sebenarnya dan apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh organisasi, sebuah misi
yang jelas yang disepakati akan diraih oleh seluruh anggota, dan sekumpulan
tujuan yang dapat menjadi panduan bagi usaha anggota. Oleh karena itu seorang
pemimpin harus:
a. Memiliki visi mengenai seperti organisasi itu seharusnya.
b. Mengkomunikasikan visinya dengan komitmen dan antusiasme.
c. Membuatnya menjadi visi yang dapat dibagikan sehingga anggota
dapat mengadaptasinya.
d. Membuatnya menjadi visi yang rasional berdasarkan teori dan
penelitian serta proses implementasi.
I. 3 Empowering Members Through Cooperative Teams
Terdapat lima praktek
kepemimpinan yang penting untuk
memperkuat individu di organisasi agar menjadi kelompok yang koperatif. Agar menjadi efektif, kelompok harus secara
hati-hati disusun untuk memberikan masukan yang positif dalam struktur
ketergantungan, menyarankan sesuatu dengan cara face-to-face, tanggung jawab individual, keahlian dalam bidang
sosial, dan proses kelompok. (Johnson, Johnson, & Holubee, 1998a, 1998b).
(gak ngerti kak)
Pemimpin tidak dapat
menjadi sukses hanya karena dari diri mereka sendiri. Ini tidak dari
kepribadian ku yang hebat tetapi ini
kepribadian kita yang hebat. Yang
terpenting untuk menjadi seorang pemimpin harus bisa mengatur anggotanya kerja
secara koperatif.
Pertama, memajukan
kinerja panitia dan terjalin kepedulian diantara anggota organisasi. Hasil dari
usaha yang kooperatif membuahkan kepercayaan, komunikasi yang jujur, dan
dorongan dari masing-masing individu, itu semua merupakan hal yang penting
untuk mencapai produktivitas. Ketika kepercayaan hancur karena ada kompetisi,
adanya hubungan yang tidak baik, kritik, pendapat yang negative, dan sikap tak
sopan membuat produktivitas kerja menurun. Kedua, mempererat anggota kelompok
sebagai kelompok kerja atau teamwork.
Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, diperlukan bantuan dari berbagai orang
dan berbagai kelompok. Dari anggota organisasi menjadi kelompok yang koperatif
, penambahan beberapa pemimpin atau kepala yang memimpin dibagiannya
masing-masing, maka dapat membuat usaha menjadi sukses. Hal ini dapat
memungkinkan anggota dalam kelompok dapat berinovasi, kreatif, bertanggung
jawab, dan profesional.
I. 4 Encouraging the
Hearts of Staff Members
Pemimpin harus
waspada dengan hal-hal kecil sekalipun yang membuat perbedaan yang besar.
Pemimpin mencari “berita bagus” dalam kesempatannya dalam perayaan yang
dibuatnya. Berusaha untuk menambah keahlian dan dinilai sebagai pribadi yang
baik membutuhkan waktu yang lama. Pemimpin harus melihat anggotanya melanjutkan
perjalanan dengan cara memberikan semangat dan dorongan (Kouzes & Posner, 1987).
1.
Individu mengakui bahwa kontribusi
berdasarkan dari pengalaman sehari-hari.
2.
Perayaan dilaksanakan jika
jumlah yang dicapai individu memenuhi syarat.
Pemimpin akan
menunjukkan cara kerja yang baik agar mereka bisa sukses. Hal yang pertama
untuk individu yang mendapatkan penghargaan dan perayaan tim. Pemimpin bisa saja memberikan baju kaos,
stiker, dan hal-hal yang menarik dilakukan. Untuk memajukan kinerja anggota
kelompoknya, pemimpin dapat memberikan kartu dan ditempel didepan pintu untuk
memberikan semangat. Jika kau tidak memberikan bonus dari hasil kerja anggotamu
yang selama ini telah bekerja keras, maka mereka akan berhenti peduli, dan
intinya kau akan keluar dari bisnis yang kau pimpin. Cinta akan pekerjaan
mereka dan cinta dengan satu sama lain adalah apa yang menginspirasi banyak
anggota untuk melakukan lebih banyak dan lebih besar kemampuan mereka untuk
pekerjaan yang mereka kerjakan. Membangun struktur koperasi, mendorong
hubungan kepedulian, dan berkomitmen antara anggota lainnya untuk menjadi seorang
pemimpin yang baik.
J. Leaping the Abyss of Failure
Nietzsche
Pemimpin memberikan
arahan pada anggotanya tentang keberanian yang mereka butuhkan untuk mengambil
risiko yang diperlukan untuk meningkatkan keahlian dan kemampuan interpersonal.
Anggota dapat memilih untuk bekerja yang aman dalam jangka pendek dengan
mempertahankan status quo, sehingga
bisa saja menghadapi kegagalan jangka panjang, mengalami atrofia, dan
kelelahan. Pengikut status quo
perlahan dan bertahap turun menuju kegagalan. Mereka dapat turun meskipun
mereka mungkin tidak selalu menyadarinya. Pemimpin mengaturnya untuk dapat
berjalan mudah menuju kegagalan sepanjang jalan dari status quo. Pemimpin
mendorong dan menginspirasi anggota untuk mengambil lompatan yang sulit terhadap
kompetensi teknis dan interpersonal yang meningkat.Mereka menuju kegagalan gan
mencapai keahlian mereka. Kadang-kadang mereka jatuh masih dalam tahap awal dan
mereka gagal. Kadang-kadang mereka meloncat tinggi di atas jurang
kegagalan untuk mendarat dengan aman di sisi lain.Pemimpin mendorong risiko
kegagalan jangka pendek dalam rangka meningkatkan produktivitas jangka panjang.
K. Followership
Followership adalah kemampuan untuk berkontribusi dalam penyelesaian tugas dan
tujuan melalui dukungan teknis, interpersonal, dan keterampilan kognitif. Terdapat beberapa keterampilan yang ada
dalam teori followership yaitu:
1.
Envisioning: Menciptakan dan
mengartikulasikan gambaran masa depan atau keadaan yang diinginkan.
2.
Modelling: Menunjukkan perilaku
yang konsisten dengan standar tertinggi industri teknis dan etika.
3.
Receptiveness: Mendorong,
memperhatikan, dan menyampaikan pemahaman ide-ide lain, komentar atau
pertanyaan.
4.
Influence: Memperoleh komitmen
dari orang lain untuk ide-ide atau tindakan menggunakan keterampilan
interpersonal yang efektif, gaya ,
dan metode.
5.
Adaptability: Menyesuaikan dengan
perubahan lingkungan, ambiguitas, dan situasi yang abnormal.
6.
Initiative: Dimulai tindakan,
tanpa arah eksternal, untuk mengatasi kekurangan yang dirasakan.
Menurut Meilinger, terdapat 10 aturan followership yang baik yaitu:
1.
Jangan salahkan atasan anda
untuk keputusan atau kebijakan yang tidak populer, tugas anda adalah untuk
mendukung, bukan merusak.
2.
Berjuanglah dengan atasan anda
jika diperlukan, tetapi lakukanlah secara pribadi, hindari situasi memalukan,
dan jangan pernah mengungkapkan kepada orang lain apa yang anda diskusikan.
3.
Buatlah keputusan, kemudian
jalankan melewati bos, menggunakan inisiatif anda.
4.
Menerima tanggung jawab
setiap kali ditawarkan.
5.
Katakan kebenaran dan tidak
berdalih, atasan anda akan memberikan saran atas rantai komando berdasarkan apa
yang anda katakan.
6.
Kerjakan pekerjaan rumah
anda, berikan bos Anda semua informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan,
serta mengantisipasi pertanyaan yang mungkin.
7.
Ketika membuat rekomendasi,
ingat siapa yang mungkin harus menerapkannya. Ini berarti anda harus mengetahui
kelemahan serta kelebihan anda.
8.
Jauhkan atasan anda dari
berita mengenai apa yang sedang terjadi di unit, orang-orang akan enggan untuk
memberitahu mengenai masalah ataupun
keberhasilan mereka. Anda harus melakukannya untuk mereka, dan menganggap orang
lain akan memberitahu bos mengenai anda.
9.
Jika anda melihat masalah, perbaikilaj.
Jangan khawatir tentang siapa yang akan disalahkan dan siapa yang akan mendapat
pujian.
10. Masukkan lebih dari pekerjaan yang jujur, tapi jangan pernah
melupakan kebutuhan keluarga Anda. Jika mereka tidak bahagia, anda juga akan
merasa tidak bahagia, dan kinerja anda akan menurun.
Daftar Pustaka
Johnson, D.W., Johnson, F.P. (2003). Joining together:
group theory and group skills. United States of America : Pearson
Education, Inc.
Mellinger. The Ten Rules
of Good Followership. Diunduh September, 12, 2012, dari http://www.au.af.mil/au/awc/awcgate/au-24/meilinger.pdf
How to Play Casino: Easy Guide to playing slots on
ReplyDeleteCasino games https://jancasino.com/review/merit-casino/ are played by 4 players, the average 토토 time they take turns ventureberg.com/ is around 출장샵 14:20. The house is divided into three www.jtmhub.com distinct categories: the house