RSS
Facebook
Twitter

Wednesday, December 12, 2012

Obedience and Compliance


Konformitas : perubahan perilaku sebagai hasil dari tekanan kelompok ( langsung dan tidak langsung)

Ada 3 bentuk :
a .Obedience à individu patuh pada perintah à karena kekuasaan
b. Compliance à individu terlihat patuh tapi sebenarnya tidak
c. Acceptance à individu berperilaku sesuai tekanan sosial (tidak merasakan ada tekanan)

Faktor Obedience :
• Reward power à kemampuan mengontrol reward pada individu
• Coercive power à kemampuan otoritas untuk dapat mengancam dan menghukum,
• Legitimate power à otoritas punya hak untuk memberi perintah yang wajib diikuti
• Referent power à indv. mengikuti perintah orang yang dihormati dalam kelompok
• Expert power à pihak otoritas punya kemampuan superior
• Informational power à indv. terpengaruh informasi dari pihak otoritas

Yang harus ada dalam obedience :
a. Responsibility à tanggung jawab setiap anggota kelompok merupakan landasan utama tercapainya tujuan bersama.
b. The Power of Roles à kekuatan peran yang dimiliki pihak otoritas untuk memerintah atau menekan bawahannya.
c. Commitment à kesadaran untuk melakukan tuntutan pekerjaan yang diminta oleh pihak otoritas.
d. The Roots of Obedience à ketaatan merupakan indikasi kekuatan kelompok

Tactics Power
• Directness à taktik langsung à metode yang jelas pengaruh, ancaman dan tuntutannya
• Rationally à taktik yang menekankan penalaran, logika, dan penilaian baik (tawar menawar)
• Bilaterality à beberapa taktik yang interaktif (2 perusahaan saling bekerjasama walaupun tujuan berbeda, saling menguntungkan)


Pengaruh (Mayoritas dan Minoritas)

Juan Corona adalah seorang Meksiko yang dituduh menjadi pembunuh 25 orang laki-laki yang berasal dari California. Namun, belum pasti apakah Juan Corona ini benar-benar bersalah atau tidak. Sehingga dilibatkanlah 12 orang juri untuk membuat keputusan tersebut. Dua belas orang tersebut tidak mengenal satu sama lain, tidak belajar hukum,  tidak terlatih untuk membuat keputusan, dan dipilih secara acak dari komunitas tertentu. Setelah 8 hari lamanya mereka berunding, akhirnya mereka memutuskan bahwa Corona memang bersalah.
Dari cerita tersebut, para juri bias memperoleh keputusannya karena pengaruh social, yaitu proses interpersonal yang mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku anggota kelompok. Pengaruh ini datang dari kelompok (secara keseluruhan) kepada individu, yang disebut juga sebagai pengaruh mayoritas. Kadang jika terjadi sebaliknya, disebut sebagai pengaruh minoritas.

Pengaruh Mayoritas: The Power of the Many
Sebagai seorang individu, kita bebas berpikir dan berperilaku sesuai dengan keinginan kita. Namun, jika kita menjadi anggota dalam sebuah kelompok, hal itu hampir tidak mungkin terjadi karena secara tidak langsung kita pasti akan menyesuaikan/terpengaruh dengan anggota kelompok yang lain dalam mengambil sebuah keputusan, atau menjawab sesuatu. Seperti cerita tentang Corona tadi, bahwa sebenarnya 4 juri awalnya tidak setuju bahwa Corona bersalah, namun seiring berjalannya waktu, satu persatu dari mereka mengubah pendapatnya (Corona bersalah).

Asch dan Pengaruh Mayoritas
Kelompok mempengaruhi anggotanya. Prinsip inilah yang dipegang oleh dinamika kelompok. Peneliti lain, seperti Sherif dan Newcomb, setuju dengan prinsip tersebut setelah mereka menemukan bahwa sikap dan outlook orang-orang berubah ketika sikap dan outlook kelompoknya juga berubah. Namun Asch juga menyumbang prinsip lain dari pengaruh kelompok dengan melakukan penelitian tentang konformitas ini. Orang-orang yang diteliti oleh Asch mengira bahwa mereka sedang mengikuti tes akuisi visual, karena Asch menyodorkan gambar garis-garis lurus horizontal. Ketika ada 1 orang di antara mereka menjawab salah, 37% dari partisipan tersebut memberikan jawaban salah. Asch menyadari bahwa ini disebabkan karena pengaruh mayoritas.
Keseragaman Suara (Unanimity and Conformity)
Pada hari keenam perundingan keputusan kasus Corona, 9 juri menganggap Corona bersalah, dan 3 lainnya tidak. Naomi (salah satu juri) satu-satunya juri yang tidak setuju bahwa Corona bersalah, ia berharap juri lain beranggapan sama dengannya. Namun, ketika voting kembali diadakan pada hari itu, 11 orang menganggap corona bersalah dan hanya Naomi lah yang menganggap Corona tidak bersalah. Lalu pada voting berikutnya, ia secepatnya memutuskan bahwa Corona bersalah.
Pertama, kekuatan mayoritas akan melemah ketika kebulatan suara tidak dapat dipertahankan. Kebanyakan anggota kelompok berpikir bahwa kelompoknya akan berpikir bahwa ia aneh dan irasional ketika keputusannya berbeda dari yang lain. Kedua, ketika orang menghadapi pengaruh tekanan kelompok yang terlalu besar. Ketiga, semakin besar ukuran dari koalisi minoritas, maka semakin kecil koalisi mayoritas. Lima orang yang bersatu melawan satu orang jauh lebih kuat daripada empat orang yang bersatu melawan dua orang.
Kekuatan Jumlah
Dalam hal pengaruh social, ukuran/jumlah bias mengakibatkan suatu perubahan tertentu. Berdasarkan penelitian Asch pada 17 orang, beberapa dari mereka melakukan konformitas ketika ada 1 orang yang tidak setuju pada pendapat mereka. Ketika subjek menghadapi 2 lawan, konformitas meningkat hingga 13,6%, dan ketika 3 lawan 1 maka konformitas meningkat hingga 31,8%. Menurut Asch, konformitas jarang terjadi jika kurang dari 3-4 orang.
Konformitas dan Kepatuhan/Compliance
Kepatuhan/Compliance adalah perubahan yang terjadi saat target dari pengaruh social pura-pura/secara public menyetujui si influencer (orang yang mempengaruhinya), padahal ia pribadi sebenarnya tidak setuju dengannya. Contohnya Naomi, ia sebenarnya tidak setuju bahwa Corona bersalah namun karena keadaan bahwa ia satu-satunya yang memiliki pendapat berbeda, akhirnya ia mengubah opininya di hadapan juri lain walau dirinya tidak setuju sepenuhnya bahwa Corona bersalah.
Pada penelitian Asch, anggota kelompok menyatakan pendapat mereka secara terbuka, sehingga  tekanan untuk melakukan kepatuhan pun meningkat. Sedangkan pada percobaan Crutchfield yang dikenal sebagai Crutchfield Apparatus, tekanan tersebut berubah menjadi ‘conversion’ / konversi karena anggota kelompok tidak menyatakan pendapat mereka secara public, tetapi secara pribadi walau pada waktu yang bersamaan.

Limits to Majority Influence
Batas pengaruh mayoritas dapat dibagi menjadi beberapa hal yaitu kesesuaian budaya dan era sekarang hal ini menyangkut kehidupan yang menjadi trend pada zaman atau saat ini yang dianggap banyak menjadi perbincangan atau gaya hidup masyarakat, hal tersebut relatif bagi sebagian orang yang kadang masih berpegang teguh pada budaya lama atau kebiasaan yang dia jalani.
 Kesesuaian jenis kelamin yang hal ini berbeda antara laki-laki dan perempuan yang mana hal tersebut dapat menjadi batas jika sebuah konformitas dilakukan contohnya jika ada suatu benda yang menyangkut gaya pada sebuah trend yang selayaknya diperuntukan kepada laki-laki atau perempuan saja maka hal ini menjadi batasyang nyata. Kesesuaian yang menyangkut seluruh orang yang kadang membuat kita ingin di akui sebagai bagian dari kelompok atau perkumpulan yang ada. Semua yang telah dilakukan pasti ada mempunyai pengaturan terlebih dalam sebuah tugas hal ini menjadikan sebuah identitas yang mana ini harus di ikuti oleh orang-orang yang ada di dalamnya.
 Pengaruh minoritas ini bisa di contohkan dengan konsistensinya dalam suatu rapat yang mana hal ini menjadi pertimbangan semua orang pada kegiatan tersebut,status minoritas juga dipertimbangkan dalam hal ini contoh jika dia tidak menyetujui satu keputusan-keputusan dengan alasan yang masuk akal dan berbobot dan pantas dapat dipertimbangkan hal itu dapat menjadi pengaruh untuk mayoritas.
Complience atau kesepakatan dimana hal ini dapat mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan tetapi ini dapat dilawan dengan sebuah perubahan atau conversion,hal ini bisa menjadi penyebab berubahnya suatu keputusan dalam kelompok karena adanya pengaruh yang datang
Dari beberapa sisi dapat dipandang yang kita ketahui pengaruh sosial mempunyai dampak yang besar terutama dalam kelompok atau suatu kalangan baik minoritas atau mayoritas yang ada disekitar kita, entah dalam suatu kelompok peer-group atau resmi seperti kelompok rapat dan lain-lain. Dampak yang ditimbulkan cenderung besar karena ini mempengaruhi perjalanan suatu kelompok kedepanya.

Influence as Social Impact
a.       Strength
Dalam hal ini individu akan mudah dipengaruhi jika seseorang yang memengaruhinya memiliki kekuatan atau posisi yang penting bagi individu itu sendiri. Contoh, dalam suatu kelompok terdapat satu orang yang menjadi ketua dalam kelompok maka apa yang diperintahkan atau dikatakan oleh salah seorang menjadi ketua kelompok dalam sebuah kelompok tersebut akan diikuti oleh anggota kelomponya. Jadi, anggota kelompok akan mudah dipengaruhi oleh ketua kelompoknya.
b.      Immediacy
Dalam hal ini individu akan mudah dipengaruhi jika antar individu memiliki hubungan yang dekat satu sama lain. Contoh, tiga orang sahabat memiliki hubungan yang sangat dekat maka ketiga orang sahabat tersebut akan semakin mudah untuk dipengarhi satu sama lain oleh sahabatnya karena kedekatan yang dimiliki mereka.
c.       Number
Dalam hal ini berbicara mengenai jumlah. Individu akan semakin mudah untuk dipengaruhi jika yang dari pihak yang memnerikan pengaruh memilki jumlah yang banyak. Jadi, semakin banyak yang memengaruhi maka seorang individu akan semakin mudah untuk dipengaruhi.
SOURCES OF GROUP INFLUENCE
Informational Influence
Seseorang akan lebih mudah dipengaruhi oleh banyaknya informasi yang didapat. Contoh, seseorang ingin makan siang namun ia tidak mengetahui restoran mana yang memiliki masakan dengan rasa yang enak. Lalu ia bertanya kepada beberapa orang temannya dan beberapa orang temannya menyarankannya untuk makan di satu restoran yang sama dengan alasan restoran tersebut memiliki masakan dengan rasa yang enak. Akhirnya, seseorang tersebut ikut terpengaruh dengan beberapa orang temannya tadi dengan mengambil keputusan untuk makan siang di salah satu restoran yang disarankan oleh beberapa orang temannya. Jadi, individu akan semakin mudah terpengaruh oleh banyaknya informasi yang didapat.
Social Comparison
Dalam hal ini ketika seseorang mendapatkan suatu informasi maka ia akan melihat terlebih dahulu bagaimana respon dari orang-orang di sekitarnya sebelum ia terpengaruh dengan informasi yang didapatkan. Jadi, disini seseorang menggunakan perbandingan sosial untuk menentukan apakah ia akan ikut terpengaruh atau tidak dengan suatu informasi yang didapat.
Systematic Processing of Information
Dalam systematic processing of information ini ketika seseorang mendapatkan suatu informasi maka seseorang tersebut akan mencari informasi tambahan sebelum ia ikut terpengaruh dengan informasi yang didapat. Jadi, ada proses analisis antara informasi yang telah didapat dengan infromasi tambahan yang telah didapat pula sebelum seseorang tersebut ikut terpengaruh oleh informasi yang didapat sebelumnya.
Heuristic Thought Influence
Heuristic thought influence merupakan kebalikan dari systematic processing of information dimana seseorang akan langsung terpengaruh dengan informasi yang didapat tanpa ada proses analisis antara informasi yang telah didapat dengan informasi tambahan yang telah didapat pula. Jadi disini seseorang sudah malas untuk mempertimbangkan dan menganalisis informasi yang telah didapat.
Normative Influences
Disini seseorang akan menyesuaikan perilakunya berdasarkan standar kelompok yang telah disepakati oleh seluruh anggota kelompok yang ada. Jadi, seseorang yang berada dalam suatu kelompok tertentu secara otomatis akan menyesuaikan perlikunya berdasarkan norma kelompoknya.
Interpersonal Influence
            Schachter memperkirakan bahwa kelompok awalnya akan berkomunikasi dengan modus, menyimpang, dan slider pada tingkat yang sama. Schachter percaya bahwa komunikasi akan terus di tingkatkan untuk pendapat mayoritas atau sebagian besar menyimpulkan bahwa tidak akan menyimpang dari posisinya tapi itu reaksi ini akan diperburuk oleh kohesifitas kelompok, yang relevansi dari tugas, dan anggota kelompok tidak suka untuk menyimpang. Interpersonal influence adalah pengaruh antar individu atau personal.
Influence and Ostracism: mempengaruhi seseorang di sini bisa dalam bentuk janji, maupun ancaman. Jika ada seseorang yang mentimpang dalam sebuah kelompk, biasanya mereka akan dikucilkan. Contohnya, A adalah anak yang tidak disukai oleh teman-teman di kelasnya, mereka berkata bahwa A adalah anak yang sombong. Namun si D merasa baikp-baik saja dengan anak itu dan tidak menjauhinya, maka anak itu pun lama-kelamaan akan dijauhi oleh teman-teman yang lainnya.
Interpersonal Rejection: penolakan kelompok pada suatu kelompok yang memiliki pengikut yang sedikit.

Application: understanding juries
Juri yang diartika sebagai hakim sejak dulu berfungsi untuk memutuskan mana yang benar dan salah. Meskipun ada saksi untuk memberikan bukti, tetapi hakim merupakan orang terakhir yang mengambil keputusan.
Dinamika Juri
Juri di sini sebagai pengambil keputusan akhir, memutuskan salah dan tidak dengan melihat berbagai bukti-bukti dan sudut pandang dari orang lain dan terutama juga dari pengaruh sosial.
Verdict-Driven dan Evidence-Driven: dalam proses sidang biasanya jika pada akhirnya juri harus mengambil sebuah keputusan, mereka akan berunding apakah keputusan tersebut menjadi sebuah rahasia atau bversifat publik. Ketika sebuah keputusan pertama di putuskan, jika kebanyakan kelompom tidak setuju dengan keputusan tersebut, maka akan musyawarahkan lagi dengan informasi tambahan tentang bukti-bukti. Driven verdict: langsung memutuskan dari bukti yang mendukung vonis bersalah dan bukti yang mendukung vonis tidak bersalah. Evidence-verdict: sebelum menentukan keputusan akhir, mereka meninjau semua bukti yang ada kemudian baru membuat sebuah vonis.
Minority Influence and Verdicts: meskipun pada umumnya kelompok minoritas kalah dalam sebuah putusan, tapi ada kalanya pihak minoritas dapat membujuk kelompok mayoritas untuk dalam pendapat mereka.
Status and influence: dari hasil penelitian Fred L. Strodtbeck dkk, orang yang mempunyai status yang lebih tinggi, biasanya akan lebih berpengaruh dari pada status mereka yang lebih rendah. (contohnya seperti pada kasus di persidangan antara orang yang status ekonominya rendah dan orang yang status ekonominya tinggi)
How Effective Are Juries?
Menurut studi Asch, kalompok minoritas yang seharusnya benar pun akhirnya kalah dengan kelompok mayoritas yang justru salah. Melihat hal ini apakah juri masih efektif?
Voir Dire: voir dire yang berarti “berbicara yang sebenarnya” yaitu pertanyaan-pertanyaan untuk juri dalam mengungkap apakah ada bias, keberpihakan dan prasangka (West's Encyclopedia of American Law, 2008).

(West's Encyclopedia of American Law, edition 2. Copyright 2008 The Gale Group, Inc. All rights reserved.)

Tuesday, December 11, 2012

Konflik


Sikus konflik (dapat dilihat pada gambar 1.) terjadi ketika interaksi rutin suatu kelompok terganggu oleh ketidaksetujuan, perselisihan, dan pergesekan di antara anggota. Konflik sering meningkat ketika para anggota kelompok semakin terlibat. 

A.        DEFINISI KONFLIK
Dalam kelompok tidak menutup kemungkinan dapat terjadinya sebuah konflik. Konflik itu sendiri adalah ketidaksetujuan, perselisihan, dan pergesekan yang terjadi ketika  tindakan atau keyakinan satu atau lebih anggota kelompok tidak diterima dan ditolak oleh satu atau lebih anggota kelompok yang lain (Forsyth, 1999). misalnya saja, ada perbedaan pendapat antara anggota yang satu dengan yang lain, di mana masing-masing anggota sama-sama tidak mau mengalah, maka hal ini dapat memicu munculnya sebuah konflik dalam suatu kelompok. Selain dapat terjadi di dalam anggota suatu kelompok itu sendiri (intragroup conflict),konflik juga dapoat terjadi antar kelompok (intergroup conflict). Dalam hal ini, kami akan lebih membahas permasalahan yang terjadi di dalam kelompok itu sendiri. Tapi tidak semua konflik itu berbahaya. Selama konflik dapat diselesaikan, hal ini menjadi fungsi yang baik dan tetap mengeratkan hubungan yang baik dalam kelompok (Johnson, 2002).

a.      Jenis-jenis Konflik
Menurutj jenisnya konflik ada dua macam (Johnson, 2002), yaitu :
1)    Negative Conflict
Konflik ini merupakan konflik yang terjadi di dalam suatu kelompok dimana konflik tersebut sering dihindari dan disembunyikan. Adanya konflik ini justru akan membuat kelompok mengalami kemunduran.
Misalnya saja, perselisihan yang terjadi di antara anggota yang mana akhirnya berdampak pada performa kerja anggota kelompok menjadi buruk.
2)    Positive Conflict
Konflik ini merupakan konflik yang memberikan ruang untuk anggota yang ada di dalam suatu kelompok agar dapat lebih berkembang.
Misalnya saja, ada persaingan antar anggota kelompok yang nantinya membuat anggota kelompok bersaing untuk mendapatkan hasil yang terbaik, sehingga hal ini nantinya mampu membawa kelompok pada hasil kerja yang lebih baik karena anggota kelompok lebih termotivasi untuk bekerja.

pengambilan keputusan


Membuat Keputusan yang Efektif
Tujuan pengambilan keputusan dalam kelompok adalah untuk mengambil suatu keputusan dengan pertimbangan yang matang agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh anggota kelompok. Pengambilan keputusan dalam kelompok menunjukkan bahwa telah adanya kesepakatan antar anggota kelompok mengenai bagaimana cara untuk bisa mencapai tujuan anggota kelompok. Ada 5 syarat keputusan kelompok yang efektif, yaitu:
1.      Sumber daya yang ada harus dimanfaatkan sepenuhnya. (maksudnya: semua anggota kelompok itu harus berusaha mengutarakan pendapatnya, setelah semua pendapat terkumpul kan nantinya akan diseleksi secara bersama2, pendapat mana yang sekiranya terbaik diantara pendapat2 yang ada, nah pendapat2 itulah yang dimaksud sumber daya)
2.      Penggunaan waktu yang efisien. (mksudnya: jd kalo ada suatu permasalah dlm kelompok dan untuk mencari suatu cara pemecahannya itu jangan mengulur2 waktu untuk melakukan diskusinya, trus juga untuk waktu pelaksanaan dr kputusan itu jg harus segera dilaksanakan, jgn d tunda2).
3.      Keputusan yang tepat dan berkualitas.
4.      Keputusan dapat dilaksanakan oleh seluruh anggota kelompok.
5.      Adanya peningkatan, atau paling tidak, tidak ada penurunan kemampuan kelompok dalam hal pemecahan masalah.
Sebuah keputusan dapat dikatakan efektif bila kelima syarat tersebut dapat dipenuhi.
Pengolahan Informasi
Di dalam kelompok, segala informasi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan akan diproses lebih teliti sehingga akan menghasilkan suatu keputusan yang efektif. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan dalam kelompok adalah sebagai berikut:
1.      Tahap orientasi, dalam tahap ini kelompok mengidentifikasi masalah yang harus dipecahkan, pilihan yang harus dibuat, atau konflik yang membutuhkan penyelesaian. 
2.      Tahap diskusi, dalam tahap ini kelompok mengumpulkan informasi tentang situasi,  dan jika keputusan harus dibuat, maka mereka akan mengidentifikasi dan mempertimbangkan pilihan (jadi, pilihan pemecahan masalahnya itu jg di identifikasi). Berikut ini adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi efektifitas kinerja anggota kelompok:

konformitas dan kohesivitas



Konformitas merupakan suatu perubahan tingkah laku atau keyakinan sebagai hasil dari tekanan dalam suatu kelompok baik yang dirasakan secara nyata maupun dalam bayangan. Dalam konformitas, individu merasa butuh untuk memenuhi harapan kelompok karena individu tidak ingin untuk ditolak dalam kelompok. Sehingga dapat disimpulkan konformitas adalah  bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat atau kelompok karena dirinya terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah serta nilai-nilai yang sudah ada di dalam kelompok.
Norma di dalam kelompok merupakan suatu aturan yang dapat diterima oleh anggota kelompok sebagai suatu sistem di dalam kelompok tersebut. Sebagai contoh adalah bagaimana peran gender dapat memengaruhi perilaku individu. Laki-laki cenderung berperilaku sesuai dengan peran laki-laki dan perempuan berperilaku seperti perannya sebagai seorang perempuan. Berperilaku sebagai laki-laki maupun perempuan ini dikarenakan identitas diri yang telah dibentuk melalui sosialisasi. Sejak masih bayi pun individu laki-laki dan perempuan diperlakukan berbeda, diberi pakaian yang berbeda, dan juga mainan yang berbeda (Henslin, 1997). Norma ini lebih bersifat subjektif, tidak selalu terikat pada kondisi objektif dan dapat berubah sesuai dengan kesepakatan. Seperti contoh pada budaya Arab, sesama pria saling mencium pipi merupakan hal yang wajar, sedangkan menurut budaya Timur seperti Indonesia, hal tersebut merupakan hal yang tidak wajar dan tabu untuk dilakukan.  

I.                   Contoh Kasus: The Corona Trial Jury: The Group as Arbiter of Justice
Corona adalah seorang Mexico yang telah mencoba untuk melakukan pembunuhan terhadap 25 pria California. Polisi telah menemukan badan jenazah tersebut telah dikubur di kota Yuba. Jaksa menyusun kasus ini dengan ratusan bukti-bukti yang berkaitan dengan Corona. Tetapi apakah Corona dapat dikatakan bersalah sebagai salah seorang largest mass murders dalam sejarah US?
Trial jurors untuk kasus Corona terdiri 12 orang yang tidak saling kenal satu sama lain, dipilih secara acak dari suatu komunitas, tidak berasal dari lembaga hukum, dan lain-lain. Mereka bersama-sama berdiskusi dari jam ke jam, meninjau bukti-bukti yang ada, menyampaikan interpretasi mereka masing-masing, menunjukkan ketidakkonsistenan dari masing-masing alasan yang disampaikan, dan juga voting melalui secret ballot. Selama 8 hari mereka melakukan hal-hal tersebut dan hingga pada akhirnya sampai pada suatu keputusan yang menyatakan bahwa Corona telah bersalah.
 Bagaimana keputusan ini dapat dicapai? Keputusan tersebut dapat dicapai karena adanya social influence yang merupakan suatu proses interpersonal yang dapat merubah pikiran, perasaan, dan perilaku anggota kelompok. Majority influence ini mendorong semua anggota kelompok secara bersama-sama untuk menuju konsensus dan kestabilan. Pada kasus Corona, awalnya tidak semua juri sependapat bahwa Corona bersalah, maka mereka menghabiskan banyak waktu untuk mendiskusikan dan menyatukan beberapa argumen yang berlawanan ini. Majority influence meningkatkan konsensus di dalam kelompok tersebut, minority influence menopang individualitas dan inovasi.

Leadership



Leader adalah pemimpin, seseorang yang dapat memengaruhi orang lain agar dapat bekerja lebih efektif untuk mencapai target dan mempertahankan proses kerja sama diantara anggota. Sedangkan yang dimaksud dengan leadership adalah proses dimana pemimpin dapat memberikan pengaruh. Menjadi seorang pemimpin membutuhkan keterampilan tertantu. Kemampuan yang dimaksud adalah kesanggupan untuk membantu grup dalam mencapai tujuan dan keefektifan dalam bekerjasama antar anggota yang disebut dengan leadership skill.

A. Definisi Konseptual
  1. Kepemimpinan adalah hubungan timbal balik antara proses yang melibatkan pemimpin, pengikut dan situasi kelompok. Hubungan antara pemimpin dengan pengikutnya adalah timbal balik. Kepemimpinan tidak dapat dipahami secara terpisah dari kepatuhan.
  2. Kepemimpinan adalah sebuah transaksi, proses perubahan sosial. Pemimpin dan anggota berkerja sama, saling menukar waktu, tenaga dan kemampuan untuk meningkatkan imbalan bersama.
  3. Kepemimpinan sering disebut dengan proses perubahan. Meninggikan motivasi anggota kelompok, kepercayaan diri dan kepuasan dengan menyatukan anggota dan mengubah tanggapan mereka, nilai-nilai dan kebutuhan-kebutuhan mereka.
  4. Kepemimpinan adalah proses pengaruh kerjasama yang sah daripada hanya kekuatan belaka.
  5. Kepemimpinan adalah sebuah proses pencarian tujuan yang adaptif, yang untuk itu, mengatur dan memotivasi usaha anggota kelompok dalam pencapaian tujuan kelompok dan pribadi.


B. Leadership: Definisi Perilaku
            Secara umum terdapat sembilan tipe perilaku yang diturunkan lagi menjadi 4 yaitu:
1.      Consideration
2.      Initiating structure
3.      Production Emphasis
4.      Sensitivity
Hubungan perilaku-perilaku ini menunjukkan perasaan, perilaku dan kepuasan dari anggota kelompok serta sesuai dengan sisi interpersonal maupun socioemotional dalam suatu kelompok. Meskipun kelompok ini dapat menyelesaikan masalah, terkadang pemimpin harus mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhan pribadi para anggota. Hal-hal yang penting dalam mencapai hubungan kepemimpinan adalah meningkatkan semangat dan kekompakan, mengurangi konflik, peduli terhadap orang lain, dan membangun hubungan antar anggota (Lord, 1977).

Pembentukan Kelompok, Peran, Norma, dan Struktur Kelompok




Kita sebagai manusia merupakan makhluk sosial yang melihat pentingnya berkelompok. Secara alamiah, manusia tidak dapat hidup sendiri. Dalam memenuhi kebutuhannya pun manusia tidak jauh dari interaksi dengan manusia lain yang ada disekelilingnya. Dengan demikian, hampir seluruh waktu kita habiskan untuk berinteraksi, dididik, belajar serta bermain dalam kelompok. Kelompok terbentuk karena adanya dua orang atau lebih yang memiliki kontak untuk mencapai tujuan. Kelompok memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan kelompok adalah suatu keadaan di masa mendatang yang diinginkan oleh anggota kelompok. Oleh sebab itu masing-masing anggota melakukan berbagai tugas kelompok. 
Ivan Steiner (dalam Forsyth, 1983) memandang dinamika kelompok  melalui dua perspektif, sosiologi dan psikologi. Sosiologi menekankan pada kelompok dan pengaruh pada kelompok tersebut. Sedangkan psikologi memandang individu sebagai diri yang unik. Keunikan ini terlihat dari cara berpikir, emosi, dan sikap pada kelompok. Durkheim (dalam Forsyth, 1983) lebih berfokus pada hubungan interpersonal pada primary groups. Sedangkan Gustav Le Bon (dalam Forsyth, 1983) lebih memfokuskan pada dinamika individu pada kelompok. Pada akhirnya, dinamika kelompok tidak hanya dimiliki oleh satu disiplin ilmu saja. Keduanya mampu menjadikan dinamika kelompok sebagai sub bab yang tidak terpisahkan.
Menurut Johnson & Johnson (2000) kelompok terbentuk karena suatu alasan. Orang masuk ke dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai sendirian. Pengertian kelompok sendiri dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya pengertian kelompok berdasarkan :
  • Categories

  • Unordered List

  • Editor-in-Chief

    the webmistress designer: Dewi Content: Pur Riska Rika Jun Dewi Grace Gloria Reza